Friday, November 16, 2012

私のピアノ。 (My Piano)

   Kau tidak akan tahu kapan jari-jari tangan mu akan berhenti memainkannya. Kau bahkan tidak sadar oleh waktu yang terus berjalan terus menerus ketika kau berfokus bermain piano. Tuts-tuts piano itu sangat misteri, kau bisa menemukan banyak nada dan melodi yang tidak pernah terduga sebelumnya. Jari-jari tangan begitu gatal rasanya saat melihat alat musik satu ini. Melihat not-not balok di depan mata ku begitu banyak, ingin rasanya ku cepat-cepat menghapal dengan baik tanpa di perlunya sebuah teks lagi. Namun waktu tidak begitu bersahabat dengan ku. Menghentikan sesuatu yang kita suka membuat hati ku ini terasa perih. Mengingat banyak kejadian yang telah ku alami secara kurang menyenangkan. Terkadang mengalami sesuatu yang berat bisa membuat kita lebih kuat lagi dalam menjalani kehidupan. Nyatanya belum semua orang mampu bertindak demikian. Bukan waktu yang tepat untuk terus-terusan melihat kebelakang yang sudah berlalu dan tidak mungkin bisa di ubah lagi. Maju selangkah demi langkah, layaknya mencari sebuah intonasi yang tepat dan irama yang menarik perhatian semua para pendengar untuk di jadikan sebuah hasil lagu yang abadi. Piano itu mengingatkan ku untuk terus latihan sebuah perasaan. Namun sayang, aku sering kali mengabaikannya. Bahkan terlalu sering ku melakukannya tanpa sebuah alasan yang jelas. Menemukan sesuatu yang pasti sangatlah sulit. Setiap kali ku lewati sebuah toko alat musik yang selalu terlintas di pikiran ku ialah sebuah konser. Bermimpi kau pasti bisa melakukannya dengan belajar lebih keras lagi, tapi ketika sebuah hantaman batu yang di lemparkan begitu keras dan kau tidak bisa berkutik lagi, kau akan terdiam di satu titik tersebut. Kau pun bingung harus melangkah dari mana. Sebab perasaan mu begitu pahit untuk menerima semua keadaan yang tertimpa terus-terusan. 
Di balik itu semua, piano ini sebetulnya obat yang paling bisa membuat lengkungan lembut di bibir ku. Jari-jari ini meminta ku untuk terus latihan. Akan tetapi ku selalu mengacuhkannya, sampai ku lupa bagaimana sebuah basic yang baik untuk bermain. Lalu apa yang ku dapat pada saat ku belajar dulu? Tidak ada! Ya, tidak ada sama sekali. Karena ku begitu meremehkan hasilnya, ini hanya sebuah kesukaan. Kesukaan tanpa mendalami arti kesukaan tersebut hanya sia-sia. Kau harus benar-benar menemukan arti sebuah kesukaan itu. Baik terhadap sesuatu benda, hobi bahkan sesama manusia. Suka itu perasaan yang paling lemah dan yang paling cepat pudar. Sebab rasa itu hanya bersifat sementara dan tidak abadi. Kau pasti akan menemukan yang lebih menarik lagi dan kesukaan yang lama akan kau tinggal secara perlahan. Ini manusiawi. Kau hanya perlu keyakinan yang kuat untuk mengambil langkahnya dengan tepat dan cermat.
Piano ku, yang tak pernah lagi ku sentuh, yang tak pernah lagi ku mainkan, yang tak pernah ku rawat dengan baik akan selalu menjadi pemicu alasan ku. Mengapa aku menyukai sebuah musik. Dia memang tidak akan protes bila kita tidak memainkannya lagi, tapi sebuah perasaan yang merindukan suasana-suasana itu akan selalu hadir terlintas di memori.