Hidup ku bukanlah sebagai penari. Tapi hidup ku sebagai seorang bintang.
“Apakah kau ingin bertemu lagi dengannya?”
Ya!
“Kau
menginginkannya kembali?”
Tentu saja.
“Kalau
saja ada kesempatan kedua, apa kau akan mengambilnya?”
Tanpa ragu aku langsung mengambilnya.
Tawa riang anak-anak muda di sebelah memang
sedikit menjengkelkan. Pertanyaan mereka sebetulnya bukan untuk ku, tapi untuk
salah satu temannya yang sepertinya habis putus cinta. Kita ada di situasi yang
berbeda namun pertanyaan teman-temannya berhasil membuat ku mengingat masa-masa
yang buruk belakangan ini. Pertengahan Februari kemarin sensei berkata kepada ku
bahwa kekuatan kaki ku tidak bisa lagi seperti dulu. Dengan arti aku harus
berhenti bermain ice skating. Kalau pun tetap dilanjutkan aku tidak akan pernah
diturunkan dalam berbagai tournament, tapi hanya sebagai seseorang yang selalu di
samping lapangan. Tidak buruk memang, tapi ini mimpi ku sebagai seorang athlete
ice skating. Bulan Januari lalu entah ada apa tapi dalam sebuah latihan babak penyisihan
aku terjatuh dengan cukup parah. Ku pikir semua akan sembuh hanya dalam waktu
sebulan. Saat itu sensei langsung menghampiri ku dan orang-orang sekitar
langsung menghentikan aktifitas mereka seketika. Semua menghampiri ku dengan
muka khawatir, aku heran apakah separah itu aku menciptakan kehebohan. Pada hari
itu juga aku langsung ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter berkata bahwa
urat tendon kaki ku putus. Aku tidak paham saat itu, tapi memang kaki kanan ku
tidak nyaman setelah kejadian hari itu. Tapi setelah sensei dan dokter
menjelaskan lebih detail barulah aku tahu itu begitu menyakitkan untuk ku
sendiri. Hidup ku sebagai athlete ice skating harus tertunda, atau bahkan
dilenyapkan dari pikiran ku.
Kesempatan kedua tidak akan pernah ada dalam
hidupku saat ini. Hidupku bukanlah sebagai seorang penari lagi. Sensei bilang
kepadaku untuk tetap datang ke tempat latihan. Aku sempat mendengar gosip bahwa
sensei akan mengangkat ku sebagai asistennya. Memang tidak buruk, karena
sebagai seorang athlete akan ada waktunya untuk pensiun dan beralih sebagai
seorang pelatih. Namun tidak sekarang, aku tidak mau menginginkannya sebagai seorang athlete yang akan mendekati waktu pensiunnya. Orang-orang yang mengetahui kondisi ku berusaha
untuk tetap seperti biasa, aku tidak suka melihat tatapan mereka kepadaku. Aku tidak
suka dilihat lemah dan tak berdaya, meskipun keadaannya 100% benar seperti itu.
Dari dulu aku memang berjuang sendirian, terjatuh berkali-kali dan berusaha
untuk bangkit kembali. Tidak semua orang paham kondisi diri ku sebetulnya. Bahkan
aku harus menemukan jawaban keluarnya sendirian. Bukan berarti aku tidak
membutuhkan orang-orang, tapi inilah aku. Selalu menghadapi kondisi mental ini
sendirian dan seolah sudah terbiasa menghadapinya. Aku yakin setiap orang
mempunyai levelnya tersendiri dalam menyelesaikan masalah dan merasakan beban
hidupnya. Orang-orang hanya baru tahu sedikit, mereka tidak tahu di balik itu
seberapa bertahannya seseorang melawan masa lalunya. Aku harus kuat, bukan
karena sebuah keharusan tapi karena ini jalan kehidupan ku.
Pada malam hari aku sering melihat ke atas
langit, melihat bintang-bintang, mereka bukan harus ada disana untuk menemani
bulan, tapi itulah alur hidupnya. Sudah tugasnya memberikan ketenangan kepada
orang-orang yang melihatnya. Memang hal yang sepele bagi banyak orang, tapi
tidak untuk seseorang yang sedang melawan kerasnya kehidupan mereka sendiri. Terkadang
aku bangga sendiri mampu bertahan hingga saat ini. Meskipun kehidupan ku
sebagai athlete ice skating berakhir, namun aku masih dapat kembali ke tempat
itu dengan posisi serta kondisi yang berbeda. Masih terasa sakit dan pedih menerima semuanya.
Tapi inilah kesempatan kedua ku. Bukan mengulang sesuatu yang sama, tetapi menempuh
kesempatan kedua dengan kehidupan yang baru. Sensei terus memberikan ku
kesempatan untuk belajar lebih banyak di luar lapangan. Dan harus ku akui ini
jauh lebih mahal dari pada sebagai seorang pemain. Inikah tugasku sesungguhnya?
Cidera ini memang menghantui ku setiap saat. Tapi aku harus cepat sadar, aku
tak akan pernah maju bila terus terkurung dengan bayangan rasa luka ini.
Kehidupan ku di dunia ice skating memang
terbilang cukup singkat, sensei memang mengharapkan aku terus bersinar, walau
bukan seorang pemain lagi tapi sensei memberikan aku kesempatan kedua untuk
terus bersinar dengan kondisi yang berbeda. Aku akan terus mengingat betapa
senangnya aku meluncur diatas es, saat menari diberbagai tournament aku menatap
mata para penonton dibalik topengku. Mereka membuat ku bersemangat dan
mengeluarkan seluruh kemampuan ku dengan maksimal. Berdiri di tengah-tengah
mereka membuat ku lebih hidup, membuat ku lebih bersinar, membuat ku lebih
bahagia dan membuat ku lebih giat berlatih. Walaupun semua itu hanya tinggal
memory aku harus menyimpannya dengan baik tentang semua perasaan itu. Aku memang bukan
seorang penari lagi, tapi aku seorang bintang yang terus bersinar di balik
lapangan. Terdengar buruk, tapi inilah kehidupan ku sekarang. Tidak seburuk
dengan seseorang yang terus lari dari kenyataan dan terus terkurung dalam masa
lalu yang menyakitkan. Ingatlah, aku bukan seorang penari. Tapi aku seorang
bintang.
-R.O-