Monday, February 29, 2016

Mirror vs Mask

Hidup ku bukanlah sebagai penari. Tapi hidup ku sebagai seorang bintang.  

  
Apakah kau ingin bertemu lagi dengannya?”
Ya!
“Kau menginginkannya kembali?”
Tentu saja.
“Kalau saja ada kesempatan kedua, apa kau akan mengambilnya?”
Tanpa ragu aku langsung mengambilnya.

   Tawa riang anak-anak muda di sebelah memang sedikit menjengkelkan. Pertanyaan mereka sebetulnya bukan untuk ku, tapi untuk salah satu temannya yang sepertinya habis putus cinta. Kita ada di situasi yang berbeda namun pertanyaan teman-temannya berhasil membuat ku mengingat masa-masa yang buruk belakangan ini. Pertengahan Februari kemarin sensei berkata kepada ku bahwa kekuatan kaki ku tidak bisa lagi seperti dulu. Dengan arti aku harus berhenti bermain ice skating. Kalau pun tetap dilanjutkan aku tidak akan pernah diturunkan dalam berbagai tournament, tapi hanya sebagai seseorang yang selalu di samping lapangan. Tidak buruk memang, tapi ini mimpi ku sebagai seorang athlete ice skating. Bulan Januari lalu entah ada apa tapi dalam sebuah latihan babak penyisihan aku terjatuh dengan cukup parah. Ku pikir semua akan sembuh hanya dalam waktu sebulan. Saat itu sensei langsung menghampiri ku dan orang-orang sekitar langsung menghentikan aktifitas mereka seketika. Semua menghampiri ku dengan muka khawatir, aku heran apakah separah itu aku menciptakan kehebohan. Pada hari itu juga aku langsung ke rumah sakit. Setelah diperiksa dokter berkata bahwa urat tendon kaki ku putus. Aku tidak paham saat itu, tapi memang kaki kanan ku tidak nyaman setelah kejadian hari itu. Tapi setelah sensei dan dokter menjelaskan lebih detail barulah aku tahu itu begitu menyakitkan untuk ku sendiri. Hidup ku sebagai athlete ice skating harus tertunda, atau bahkan dilenyapkan dari pikiran ku.
   Kesempatan kedua tidak akan pernah ada dalam hidupku saat ini. Hidupku bukanlah sebagai seorang penari lagi. Sensei bilang kepadaku untuk tetap datang ke tempat latihan. Aku sempat mendengar gosip bahwa sensei akan mengangkat ku sebagai asistennya. Memang tidak buruk, karena sebagai seorang athlete akan ada waktunya untuk pensiun dan beralih sebagai seorang pelatih. Namun tidak sekarang, aku tidak mau menginginkannya sebagai seorang athlete yang akan mendekati waktu pensiunnya. Orang-orang yang mengetahui kondisi ku berusaha untuk tetap seperti biasa, aku tidak suka melihat tatapan mereka kepadaku. Aku tidak suka dilihat lemah dan tak berdaya, meskipun keadaannya 100% benar seperti itu. Dari dulu aku memang berjuang sendirian, terjatuh berkali-kali dan berusaha untuk bangkit kembali. Tidak semua orang paham kondisi diri ku sebetulnya. Bahkan aku harus menemukan jawaban keluarnya sendirian. Bukan berarti aku tidak membutuhkan orang-orang, tapi inilah aku. Selalu menghadapi kondisi mental ini sendirian dan seolah sudah terbiasa menghadapinya. Aku yakin setiap orang mempunyai levelnya tersendiri dalam menyelesaikan masalah dan merasakan beban hidupnya. Orang-orang hanya baru tahu sedikit, mereka tidak tahu di balik itu seberapa bertahannya seseorang melawan masa lalunya. Aku harus kuat, bukan karena sebuah keharusan tapi karena ini jalan kehidupan ku.
   Pada malam hari aku sering melihat ke atas langit, melihat bintang-bintang, mereka bukan harus ada disana untuk menemani bulan, tapi itulah alur hidupnya. Sudah tugasnya memberikan ketenangan kepada orang-orang yang melihatnya. Memang hal yang sepele bagi banyak orang, tapi tidak untuk seseorang yang sedang melawan kerasnya kehidupan mereka sendiri. Terkadang aku bangga sendiri mampu bertahan hingga saat ini. Meskipun kehidupan ku sebagai athlete ice skating berakhir, namun aku masih dapat kembali ke tempat itu dengan posisi serta kondisi yang berbeda. Masih terasa sakit dan pedih menerima semuanya. Tapi inilah kesempatan kedua ku. Bukan mengulang sesuatu yang sama, tetapi menempuh kesempatan kedua dengan kehidupan yang baru. Sensei terus memberikan ku kesempatan untuk belajar lebih banyak di luar lapangan. Dan harus ku akui ini jauh lebih mahal dari pada sebagai seorang pemain. Inikah tugasku sesungguhnya? Cidera ini memang menghantui ku setiap saat. Tapi aku harus cepat sadar, aku tak akan pernah maju bila terus terkurung dengan bayangan rasa luka ini.
   Kehidupan ku di dunia ice skating memang terbilang cukup singkat, sensei memang mengharapkan aku terus bersinar, walau bukan seorang pemain lagi tapi sensei memberikan aku kesempatan kedua untuk terus bersinar dengan kondisi yang berbeda. Aku akan terus mengingat betapa senangnya aku meluncur diatas es, saat menari diberbagai tournament aku menatap mata para penonton dibalik topengku. Mereka membuat ku bersemangat dan mengeluarkan seluruh kemampuan ku dengan maksimal. Berdiri di tengah-tengah mereka membuat ku lebih hidup, membuat ku lebih bersinar, membuat ku lebih bahagia dan membuat ku lebih giat berlatih. Walaupun semua itu hanya tinggal memory aku harus menyimpannya dengan baik tentang semua perasaan itu. Aku memang bukan seorang penari lagi, tapi aku seorang bintang yang terus bersinar di balik lapangan. Terdengar buruk, tapi inilah kehidupan ku sekarang. Tidak seburuk dengan seseorang yang terus lari dari kenyataan dan terus terkurung dalam masa lalu yang menyakitkan. Ingatlah, aku bukan seorang penari. Tapi aku seorang bintang.

 

-R.O-

No comments:

Post a Comment